Jakarta - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq memberi peringatan agar penggunaan gawai pada anak usia dini dibatasi. Berisiko brain rot!
"Kita sedang menghadapi tantangan besar, yakni tsunami digital yang menyerang anak-anak kita sejak usia dini. Pola asuh dan interaksi anak dengan orang tua maupun guru telah banyak dipengaruhi oleh media sosial dan penggunaan gawai. Ini berisiko menimbulkan gejala brain rot, yaitu menurunnya stimulasi intelektual, emosional, dan sosial akibat paparan digital yang berlebihan," jelas Wamen Fajar.
Hal itu disampaikan Wamen Fajar dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Fasilitator PAUD Holistik Integratif (PAUD HI) Tahap 2 pada Rabu (4/6/2025) lalu, dalam rilis Kemendikdasmen Sabtu (7/6/2025), ditulis dan dikutip Minggu (8/6/2025).
Brain rot terpilih menjadi Word of the Year 2024 oleh Oxford University Press. Arti brain rot itu sendiri menurut Oxford adalah kemerosotan kondisi mental atau intelektual seseorang, terutama dilihat sebagai akibat konsumsi berlebihan terhadap materi, khususnya konten daring, yang dianggap remeh atau tidak menantang.
Fajar menjabarkan dampak penggunaan gawai yang berlebihan pada anak usia dini yakni sebanyak 33,4% anak usia 0-6 tahun telah terbiasa menggunakan gawai. Bahkan 25% di antaranya berada di rentang usia 0-4 tahun. Sementara itu, pada kelompok usia 5-6 tahun, angkanya meningkat hingga 52%.
Utamakan Metode Konvensional untuk PAUD
Fajar menegaskan bahwa pendidikan anak usia dini seharusnya lebih menekankan pada metode belajar konvensional yang mengedepankan interaksi fisik. Contohnya seperti membaca buku cetak dan bermain secara langsung guna merangsang kecerdasan anak.
Menurut Melly Latifah dkk dari Divisi Perkembangan Anak, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University, berdasarkan beberapa risetnya, anak-anak yang kecanduan gawai cenderung menunjukkan perilaku seperti sulit melepaskan diri dari gawai, mudah marah saat penggunaan gawai dibatasi, dan mengabaikan aktivitas lain yang lebih bermanfaat.
Kecanduan gawai dapat menghambat perkembangan sosial-emosional anak. Anak-anak yang terlalu sering menggunakan gawai cenderung memiliki kemampuan interaksi sosial yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang penggunaan gawainya dibatasi, demikian dilansir dari laman IPB University.
Rekomendasi untuk Orang Tua
Berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan Melly dkk, berikut beberapa rekomendasi praktis bagi orang tua dalam menghadapi tantangan penggunaan gawai oleh anak:
1. Batasi durasi penggunaan gawai pada anak
2. Pilih konten yang sesuai usia anak
3. Libatkan anak dalam aktivitas nondigital yang melibatkan interaksi langsung, seperti bermain di luar ruangan, membuat kerajinan tangan, atau membaca buku bersama.
4. Tingkatkan kualitas interaksi keluarga. Luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak tanpa gangguan gawai. Hal ini penting untuk membangun kedekatan emosional antara orang tua dan anak.
5. Jadilah contoh yang baik. Anak cenderung meniru perilaku orang tua. Oleh karena itu, orang tua perlu menunjukkan perilaku yang bijak dalam penggunaan gawai, seperti tidak terlalu sering menggunakan ponsel saat bersama anak.
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-7954611/warning-wamendik